Oleh : Muhammad Abu Nadlir
Merupakan surat yang Ke- 10 diterima Rasulullah. Dan merupakan Surat yang ke- 89 urutan berdasarkan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 30 ayat dan merupakan surat Makiyyah.
Merupakan surat yang Ke- 10 diterima Rasulullah. Dan merupakan Surat yang ke- 89 urutan berdasarkan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 30 ayat dan merupakan surat Makiyyah.
- AsbabunNuzulSurat Al-Fajr
Surah ini turun
berbicara tentang ancaman kepada kaum musyrik Makkah, jangan sampai mengalami
siksa yang telah dialami oleh pendurhaka yang jauh lebih perkasa dari mereka,
sekaligus berita gembira serta pengukuhan hati Nabi Muhammad SAW dan kaum
muslimin yang pada saat turunnya surat ini masih tertindas oleh kaum musyrikin
Makkah.
Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buradah bahwa firman Allah surat al Fajr ayat
27 turun berkenaan dengan Hamzah (yang gugur sebagai syahid)
Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim dari Juwaibir, dari adl-Dlahak, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas
bahwa Nabi saw bersabda: “Siapa yang akan membeli sumur Rumat untuk melepaskan
dahaga. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosanya.” Sumur itu pun dibeli oleh
Utsman. Nabi SAW bersabda: “Apakah engkau rela sumur itu dijadikan sumber minum
bagi semua orang?” Utsman mengiyakannya. Maka Allah menurunkan ayat ini
(al-Fajr ayat 27) berkenaan dengan Utsman.
1) Demi fajar,
2) Dan malam-malam sepuluh,
3) Dan yang genap dan
yang ganjil,
4) Dan malam bila
berlalu,
5) Apakah pada yang demikian
itu terdapat sumpah oleh yang berakal,
6) Apakah engkau tidak melihat bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad?,
7) Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
8) Yang belum pernah diciptakan sepertinya di negeri-negeri lain?,
9) Dan Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,
10) Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak,
11) Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
12) Maka mereka berbuat banyak kerusakan di dalamnya,
13) Karena itu Tuhanmu menuangkan kepada mereka cemeti adzab,
14) Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Mengawasi,
15) Adapun manusia
apabila ia diuji oleh Tuhanmu lalu dimuliakannya dan diberinya nikmat, maka ia
berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”,
16) Adapun apabila mengujinya lalu membatasi rizkinya maka ia berkata:
“Tuhanku telah menghinakanku”,
17) Sekali-kali tidak! Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,
18) Dan kamu tidak saling menganjurkan memberi pangan orang miskin,
19) Dan kjamu memakan harta pusaka dengan cara menghimpun,
20) Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang banyak,
21) Apabila bumi dihantamkan dengan hantaman yang besar,
22) Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris,
23) Dan pada hari itu didatangkan neraka jahanam; pada hari itu ingatlah
manusia. Tetapi untuk apa lagi baginya mengingat,
24) Ia mengatakan: “Seandainya aku bisa mengembalikan hidupku”,
25) Maka pada hari itu tiada satu pun yang menyiksa seperti siksa-Nya,
26) Dan tiada satu pun yang mengikat seperti ikatannya,
27) Hai jiwa yang tenang,
28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati rela lagi diridhai,
29) Maka masuklah ke dalam hamba-hamba-Ku,
30) Dan masuklah ke dalam surga-Ku.
- Kosakata
Kata al-Fajr
pada ayat di atas berbeda-beda pendapat
ulama’ dalam mengartikannya.
Ada yang
mengartikannya dalam arti fajar yang muncul setiap hari. Ada juga yang
mengartikannya fajar 1 Muharrom, karena pada saat itu dimulainya tahun baru.
Ada juga yang menafsirkannya dengan fajar awal bulan Dzulhijjah, karena
sesudahnya disebut malam-malam sepuluh yakni malam sepuluh Dzulhijjah (malam
lebaran haji), dan masih banyak penafsiran yang lain.
Kata Layaalin
‘Asyr (malam-malam sepuluh) selain dipahami dengan malam
sepuluh bulan Dzulhijjah, ada juga yang memahaminya dengan arti sepuluh malam
terakhir bulan Ramadlan. Ada juga yang menafsirkannya sepuluh malam pertama
bulan Muharrom.
Kata Asy-Syaf’
(genap) dipahami oleh sementara ulama’ dalam arti shalat yang genap rakaatnya, seperti
Shubuh, atau yang genap adalah pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan. Ada juga yang memahami genap dengan seluruh makhluk, karena semua
makhluk diciptakan Allah berpasangan-pasangan. (baca QS. Yasin [36]: 36).
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ
الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ (36)
Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.
Dan al-Watr (ganjil)
dipahami dalam arti shalat yang berjumlah ganjil, seperti Maghrib. Ada juga
yang memahaminya dengan pintu-pintu neraka yang berjumlah tujuh (Baca. QS. Al-Hijir
[15]: 44).
لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ
مَقْسُومٌ (44)
Artinya: Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah
ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.
Kata Hijr terambil dari kata hajara yang berarti menghalangi.
Akal dinamai hijr karena yang menggunakannya terhalangi dari
kejerumusan dalam dosa, pelanggaran dan kesalahan.
Kata Yasr terambil dari kata saraa yang
seakar dengan kata al-israa’ yaitu perjalanan di waktu malam. Dari sini
kata yasr dipahami dalam arti berlalu.
Kata al-‘Imaad
berati tinggi. Tiang juga dinamai demikian karena tingginya. Kaum
‘Ad dinamai Dzaat al-‘Imaad karena mereka memiliki bangunan-bangunan yang
tinggi.
Kata Jaabuu terambil dari kata jaaba yang berarti melubangi
atau memotong. Sedangkan kata ash-Shakhr adalah
batu-batu yang kuat dan besar.
Kata Autaad adalah bentuk jamak dari kata watad yang
berarti sesuatu yang ditanamkan ke tanah atau tembok yakni pasak atau
paku. Banyak ulama’ kontemporer yang memahaminya dalam arti piramid.
Ada juga yang memahimnya sebagai alat siksa yang digunakan Fir’aun. Yakni
meletakkan seseorang ke tanah, atau di atas satu kayu atau pohon lalu dipaku
kedua tangan dan kakinya. (QS. Thaha [20]: 71).
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ
أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (71 (
Artinya: “dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada
pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita
yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".
Kata Sauth pada mulanya berarti campuran. Cemeti
atau cambuk dinamai sauth karena ia terdiri dari sekian hal yang
masing-masing memiliki kadar penyiksaan lalu menyatu, atau karena cambuk
mengakibatkan daging dan darah yang dicambuk menyatu.
Kata al-Mirshaad terambil dari kata rashada yang
pada mulanya berarti mengintai. Pada surat ini yang dimaksud adalah mengawasi.
Kata Lamman terambil dari kata lamma berarti menghimpun.
Kata Jamman terambil dari kata al-jamm yakni banyak.
Yang dimaksud pada surat ini adalah berlebihan.
Kata Dukkat terambil dari kata dakka berarti menghantam
sesuatu sehingga menghancurkannya.
Pengulangan kata dakka untuk mengisyaratkan bahwa
penghancuran itu benar-benar akan terjadi, atau untuk menunjukkan berulangnya
penghancuran itu, masing-masing wilayah atau gunung dihancurkan sehingga
benar-benar hancur lebur, dan bumi menjadi qaa’an shafshafan/datar
sama sekali (baca QS. Thaha [20]: 106).
فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106)
Artinya: maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar
sama sekali,
Pengulangan kata shaffan (barisan) untuk
mengisyaratkan banyaknya shaf malaikat, yang berbaris di tempat penghimpunan
seluruh makhluk di Padang Mahsyar.
An-Nafs al-Muthma’innah dipahami oleh sementara ulama’ dalam arti jiwa yang tenang, yakni
akan wujud Allah SWT atau janji-Nya disertai dengan keikhlasan beramal.
- Pesan Surat Al-Fajr
- Surat Al Fajr ini Allah SWT bersumpah bahwa azdab terhadap orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan; beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan oleh-Nya.
- Kenikmatan hidup atau bencana yang dialami oleh seseorang bukanlah tanda penghormatan atau penghinaan Allah SWT kepadanya, melainkan cobaan dari Allah SWT.
- Surat Al Fajr ini Allah memberi celaan terhadap orang-orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin; kecaman terhadap orang yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan orang yang amat mencintai harta.
- Dalam surat Al Fajr ini juga berisi tentang malapetaka yang akan dihadapi orang-orang kafir di hari kiamat. Sedangkan orang-orang yang berjiwa muthmainnah (tenang) mendapat kemuliaan di sisi Allah, serta dipersilahkan masuk ke dalam surga.
Posting Komentar