Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

Pendidikan Agama Berbasis ICT

Minggu, 18 Maret 20120 comments


Artikel ini dimuat di Jurnal Nasional. Hari Senin 30 Mei 2011.

DIAKUI atau tidak, sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton (ceramah). Termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru mengajarkan di depan kelas, sedangkan peserta didik senang atau tidak harus mau mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Indikasinya, peserta didik mengantuk, berbicara dengan teman, sering izin keluar, menulis atau menggambar dan aktivitas lainnya yang tidak ada hubungan dengan mata pelajaran tersebut.

Padahal, mata pelajaran PAI di sekolah menempati posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik hingga di masa depan, kelak. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan, PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai dari jenjang dasar sampai Pendidikan Tinggi.

Melihat begitu pentingnya mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas telah dilaksanakan. Namun, juga harus mempunyai makna bagi peserta didik. Untuk itu, perlu ada inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI berbasis Information and Communication Technology (ICT) atau sering disebut: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Pemanfaatan ICT

Sebenarnya banyak guru PAI sudah menguasai ICT, tetapi masih sekadar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah pertama: penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan disampaikan. Agar lebih menarik, guru bisa juga menggunakan program macromedia flash.

Tidak hanya tulisan yang dapat disampaikan ke peserta didik, tetapi juga dapat menampilkan suara atau video yang berkaitan dengan materi tersebut. Misalnya, dalam materi pembelajaran tentang Iman Kepada Hari Akhir. Melalui program ini, peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi tersebut, tetapi juga dapat ditampilkan ilustrasi tentang kiamat sughra dan kubra. Pengalaman penulis, melaui pembelajaran seperti itu, ternyata peserta didik lebih mudah memahami dan tertarik.

Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Bisa dibayangkan bagaimana kalau guru mengajar di 18 kelas. Masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Berarti ada 720 buku tugas atau makalah yang menumpuk di bawah atau atas meja guru.

Pengumpulan tugas melalui e-mail justru sekaligus mendidik peserta didik untuk mengurangi global warming. Kita tahu bahwa bahan baku kertas berasal dari kayu. Artinya semakin banyak peserta didik menggunakan kertas, maka bertambah banyak penebangan kayu untuk bahan baku kertas. Tidak salah kalau sekarang hutan di Indonesia semakin berkurang. Karenanya, peserta didik perlu dilatih untuk mencegah global warming sekaligus menyelamatkan dunia dengan cara meminimalisasi penggunaan kertas.

Ketiga, menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat grup atau kelompok sendiri, bisa berupa satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi. Di sini guru PAI menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan mengetahuinya dalam waktu bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat men-download materi tersebut dari rumah atau di mana pun tempatnya asalkan ada jaringan internet.

Selain itu, melalui mailing list guru dapat membuka ruang diskusi dengan peserta didik. Selama ini kesempatan bertanya peserta didik masih terbatas di ruang kelas. Melalui program tersebut, guru dapat membantu masalah yang dihadapi peserta didik kapan pun dan di mana pun mereka berada.

Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Ketika disebut web blog, banyak guru bertanya-tanya: mahalkah biayanya? Memang, untuk website yang komersial, pengguna (user) harus membayar sesuai tarif. Tetapi untuk web blog, pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding fasilitas ICT, web blog lebih sempurna. Di antara kelebihannya, guru dapat menampilkan semua karya atau hasil pemikiran yang dimiliki.

Web blog dapat digambarkan seperti surat kabar pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru. Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat mengunggah (upload) semua materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat belajar tanpa dibatasi ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran, tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan dengan materi PAI.

Khusus hasil ujian, selama ini peserta didik atau orang tua hanya mengetahui hasil ujian miliknya sendiri, sedangkan hasil ujian temannya belum tentu tahu. Melalui web blog, peserta didik dapat melihat hasil ujian secara keseluruhan. Sehingga, apabila ada kekeliruan, peserta didik atau orang tua dapat konfirmasi pada guru tentang mata pelajaran tersebut.

Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran PAI, peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu saat, penulis sengaja tidak menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya dan lebih senang menggunakan ICT.

Selain itu, apabila dalam pembelajaran PAI di kelas, guru menggunakan ICT, hal ini akan menyebarkan "virus positif" pada guru mata pelajaran lain sehingga mereka melakukan hal yang sama. Guru PAI saja --yang sering kali dianggap ketinggalan dibanding guru mata pelajaran lain-- dalam pembelajaran di kelas menggunakan ICT. Mengapa mata pelajaran yang lain tidak memanfaatkannya juga? Last but not least. (Tidak ada kata terlambat) untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger