Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SPIRITUALITAS KAUM TERPINGGIR

Rabu, 02 Januari 20130 comments



Bisakah dzikir menyembuhkan kanker? Mungkin, kalau jawabannya seperti ini, maka akan dianggap sebagai pernyataan bodoh. Setidaknya bagi sebagian orang yang sangat tergila-gila terhadap dunia sains dan ilmu pengetahuan.
            Bagi yang waras sekalipun, adalah humor yang sangat tidak lucu bila datang seorang takmir masjid menasehati seorang dokter penyakit dalam dengan mengatakan bahwa dengan berdoa bisa menyembuhkan penyakit Sirosis Hati, jenis penyakit hati paling mematikan yang sering dijuluki sebagai "The Silent Keller" (pembunuh yang pendiam). Ini sama lucunya juga bila kita mengantarkan seorang pasien yang jelas memiliki penyakit kanker payudara ke seorang dukun pijat kampung.
            Ketika teknologi telah menembus planet bumi dalam waktu (hanya) hitungan detik, Amerika sudah mampu melakukan uji coba 'cloning' hewan dan manusia, bagi kebanyakan orang, teknologi dan ilmu pengetahuan yang sedemikian canggih ini adalah jawaban dari keterbatasan manusia. Setidaknya sesuatu yang amat puritan, dikala kecanggihan kedokteran sangat mudah dicari dimana-mana, tapi ada orang percaya dukun. Dan sekurang-kurangnya, amat "primitif", bila kecanggihan teknologi sudah menyebrangi batas geografis dan budaya tapi masih ada orang percaya hal "ghaib".
            Tapi memang sudah Sunnah Allah SWT, tatkala Dr. Francis J. Keefe, seorang peneliti dari Duke University Medical School, North California, Amerika Serikat. Dalam sebuah tulisannya disebuah jurnal kesehatan, The Journal of Pain (April 2001), mengulas sebuah hasil penelitiannya tentang efek ketaatan beragama dalam mengatasi sakit nyeri artritis rematik (rheumatoid arthritis). Dalam tulisannya itu ia mengatakan bahwa dari 30 orang penderita rheumatoid arthritis yang didiagnosanya, membuktikan bila pasien yang taat beragama dan dekat dengan Tuhan cenderung mampu mengatasi rasa nyeri rheumatoid arthritis. Kata Francis, ternyata gara-gara beragama mampu membuat orang mengatasi perasaan bersalah, menghilangkan pikiran buruk dan mendapat ketenangan hidup.
Teknologi dan ke-Ghoib-an
            Ke-Ghoib-an (irasional) adalah dunia nomor dua, apalagi setelah negara-negara maju seperti Barat dan Eropa lebih mencurahkan akal dan pikirannya untuk kemajuan dan kejayaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Ke-Ghoib-an (mistis) adalah sesuatu yang tidak mudah diterima dengan akal, karena tidak dapat dibuktikan dan diukur. Karena itulah, ke-Ghaib-an (mistis) sering diidentikkan dengan wilayah orang-orang yang tidak terdidik dan terpinggir. Orang terdidik adalah mereka yang menerima sesuatu berdasarkan akal, rasio dan menerima sesuatu berdasarkan akal sehat. Rasio adalah ciri orang cerdik pandai. Dan ke-Ghaib-an adalah ciri rang-orang bodoh, tidak sekolah, pinggiran dan tidak paham kemajuan ilmu pengetahuan.
            Nyata dan ghaib (mistis) adalah dua sisi yang diberikan Allah kepada manusia. Bahkan dalam Islam pun, Allah mewajibkan untuk menyakininya (al-Baqarah: 3) sebagai bagian tingkat spiritual orang dalam beragama. Semakin orang menyakini hal-hal ghaib (mistis), menunjukkan tingkat Iman orang tersebut semakin tinggi. Spiritualista dan agama sering diidentikkan dengan urusan kejiwaan yang abstrak dan tidak riil. Sedangkan lawannya materialitas, adalah sesuatu yang dapat dilihat, dosentuh dan diukur. Orang yang berbahagia tidak bisa diukur hanya dengan melihat pakainnya. Tapi orang berada bisa dilihat dari bagaimana cara dia menggunakan dan memiliki pakaian.
            Atas nama teknologi dan ilmu pengetahuan lah, hal-hal yang berurusan dengan ke-Ghaib-an; misalnya tentang sesuatu kehidupan lain yang selain tampak, sesuatu kekuatan lain selain ciptaan manusia dan hakekat  keberadaan Tuhan menjadi memudar. Atas nama ilmu pengetahuan pula kemudian orang-orang beragama seolah-olah sebagai kaum yang primitif.
Jalan Kembali
            Adalah William James, yang sering dijuluki Psikolog Amerika pertama, mengakui pengalaman mistikal sebagai Fenomena Psikologi. Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience (1902). James mengemukakan bahwa pengalaman mistikal adalah akar dari semua agama di dunia dan ini merupakan dorongan (impulse) yang sehat dan wajar. Belakangan, para pakar psikologi termasuk Carl Gustav Jung , yang mana Jung ini bahkan sampai kecewa terhadap gurunya sendiri, Sigmund Freud. Jung disini mengatakan bahwa ia mengakui bahwa ada keberadan 'ruh' dalam kasus psikologis. Dia bahkan sering kali menulis bahwa pengalaman spiritual adalah tanda kesehatan jiwa dan pada akhirnya merupakan satu-satunya obat bagi neurosis. Selain Jung, ikut pula orang-orang besar dalam dunia psikologi seperti;  Abraham Maslow. Maslow bahkan menjuluki aliran baru pendekatan psikologi ini dengan istilah "psikologi kelompok keempat", yang mengunkan pendekatan agama, setelah ketiga kelompok psikologi lainnya; psikoanalisis, behaviorisme, dan psikologi humanistik diangap gagal.
            Herbert Benson, seorang ahli media dari Harvard University, di tahun 1980-an kemudian memopulerkan cara merawat kesehatan melalui doa dan meditasi. Ilmuan barat baru percaya, bila orang yang beriman dan sering berdoa tidak mudah depresi, stress, dan penyakit psikis lainnya.
            Dulu (mungkin) orang barat tertawa terpingkal-pingkal melihat orang yang sehat, atau hidup damai dan kaya dengan cara jungkir balik (sujid dan rukuk dalam shalat). Kini bisa jadi sebaliknya, ketika orang-orang jet-set, mereka seperti; Ricard Gere ikut-ikutan menjadi anggota Sudarshan Krya,  sebuah aliran meditasi yang didirikan oleh Guru Sri Ravi Shankar dari India, hanya untuk mendapatkan ketenangan hidup. Atau, mungkin saya sedang keliru, ketika memperhatikan orang-orang modern, seperti; pengusaha, pejabat dan orang-orang yang mengaku sebagai Intelek yang mulai rajin mendatangi hotel berbintang untuk sekedar mengikuti pelatihan shalat khusu', zikir bersama, dan yang mengikuti yoga atu meditasi seperti chakra, prana, kundalini, atau reiki, hanya untuk mendapatkan apa yang mereka sebut sebagai "ketenangan jiwa". Bukankah itu yang pernah mereka katakan, kalau hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak terdidik yang diangap kurang rasional itu?.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger