Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

TAFSIR SURAT AL-FAJR (FAJAR)

Jumat, 17 April 20150 comments



Oleh : Muhammad Abu Nadlir

Merupakan surat yang Ke- 10 diterima Rasulullah. Dan merupakan Surat yang ke- 89 urutan berdasarkan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 30 ayat dan merupakan surat Makiyyah.



  • AsbabunNuzulSurat Al-Fajr


Surah ini turun berbicara tentang ancaman kepada kaum musyrik Makkah, jangan sampai mengalami siksa yang telah dialami oleh pendurhaka yang jauh lebih perkasa dari mereka, sekaligus berita gembira serta pengukuhan hati Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin yang pada saat turunnya surat ini masih tertindas oleh kaum musyrikin Makkah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buradah bahwa firman Allah surat al Fajr ayat 27 turun berkenaan dengan Hamzah (yang gugur sebagai syahid)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Juwaibir, dari adl-Dlahak, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Nabi saw bersabda: “Siapa yang akan membeli sumur Rumat untuk melepaskan dahaga. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosanya.” Sumur itu pun dibeli oleh Utsman. Nabi SAW bersabda: “Apakah engkau rela sumur itu dijadikan sumber minum bagi semua orang?” Utsman mengiyakannya. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Fajr ayat 27) berkenaan dengan Utsman.



1)   Demi fajar,
2)   Dan malam-malam sepuluh,
3)   Dan yang genap dan yang ganjil,
4)   Dan malam bila berlalu,
5)   Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah oleh yang berakal,
6)   Apakah engkau tidak melihat bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad?,
7)   Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
8)   Yang belum pernah diciptakan sepertinya di negeri-negeri lain?,
9)   Dan Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,
10) Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak,
11) Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
12) Maka mereka berbuat banyak kerusakan di dalamnya,
13) Karena itu Tuhanmu menuangkan kepada mereka cemeti adzab,
14) Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Mengawasi,
15) Adapun manusia apabila ia diuji oleh Tuhanmu lalu dimuliakannya dan diberinya nikmat, maka ia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”,
16) Adapun apabila mengujinya lalu membatasi rizkinya maka ia berkata: “Tuhanku telah menghinakanku”,
17) Sekali-kali tidak! Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,
18) Dan kamu tidak saling menganjurkan memberi pangan orang miskin,
19) Dan kjamu memakan harta pusaka dengan cara menghimpun,
20) Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang banyak,
21) Apabila bumi dihantamkan dengan hantaman yang besar,
22) Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris,
23) Dan pada hari itu didatangkan neraka jahanam; pada hari itu ingatlah manusia. Tetapi untuk apa lagi baginya mengingat,
24) Ia mengatakan: “Seandainya aku bisa mengembalikan hidupku”,
25) Maka pada hari itu tiada satu pun yang menyiksa seperti siksa-Nya,
26) Dan tiada satu pun yang mengikat seperti ikatannya,
27) Hai jiwa yang tenang,
28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati rela lagi diridhai,
29) Maka masuklah ke dalam hamba-hamba-Ku,
30) Dan masuklah ke dalam surga-Ku.


  •  Kosakata

Kata al-Fajr  pada ayat di atas berbeda-beda pendapat ulama’ dalam mengartikannya.

Ada yang mengartikannya dalam arti fajar yang muncul setiap hari. Ada juga yang mengartikannya fajar 1 Muharrom, karena pada saat itu dimulainya tahun baru. Ada juga yang menafsirkannya dengan fajar awal bulan Dzulhijjah, karena sesudahnya disebut malam-malam sepuluh yakni malam sepuluh Dzulhijjah (malam lebaran haji), dan masih banyak penafsiran yang lain.

Kata Layaalin ‘Asyr (malam-malam sepuluh) selain dipahami dengan malam sepuluh bulan Dzulhijjah, ada juga yang memahaminya dengan arti sepuluh malam terakhir bulan Ramadlan. Ada juga yang menafsirkannya sepuluh malam pertama bulan Muharrom.

Kata Asy-Syaf’ (genap) dipahami oleh sementara ulama’ dalam arti shalat yang genap rakaatnya, seperti Shubuh, atau yang genap adalah pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan. Ada juga yang memahami genap dengan seluruh makhluk, karena semua makhluk diciptakan Allah berpasangan-pasangan. (baca QS. Yasin [36]: 36). 

سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ (36)
Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Dan al-Watr (ganjil) dipahami dalam arti shalat yang berjumlah ganjil, seperti Maghrib. Ada juga yang memahaminya dengan pintu-pintu neraka yang berjumlah tujuh (Baca. QS. Al-Hijir [15]: 44).

لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ (44)   
Artinya: Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.

Kata Hijr terambil dari kata hajara yang berarti menghalangi. Akal dinamai hijr karena yang menggunakannya terhalangi dari kejerumusan dalam dosa, pelanggaran dan kesalahan.

Kata Yasr terambil dari kata saraa yang seakar dengan kata al-israa’ yaitu perjalanan di waktu malam. Dari sini kata yasr dipahami dalam arti berlalu.

Kata al-‘Imaad berati tinggi. Tiang juga dinamai demikian karena tingginya. Kaum ‘Ad dinamai Dzaat al-‘Imaad karena mereka memiliki bangunan-bangunan yang tinggi.

Kata Jaabuu terambil dari kata jaaba yang berarti melubangi atau memotong. Sedangkan kata ash-Shakhr adalah batu-batu yang kuat dan besar.

Kata Autaad adalah bentuk jamak dari kata watad yang berarti sesuatu yang ditanamkan ke tanah atau tembok yakni pasak atau paku. Banyak ulama’ kontemporer yang memahaminya dalam arti piramid. Ada juga yang memahimnya sebagai alat siksa yang digunakan Fir’aun. Yakni meletakkan seseorang ke tanah, atau di atas satu kayu atau pohon lalu dipaku kedua tangan dan kakinya. (QS. Thaha [20]: 71).

وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (71 (
Artinya: “dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".

Kata Sauth pada mulanya berarti campuran. Cemeti atau cambuk dinamai sauth karena ia terdiri dari sekian hal yang masing-masing memiliki kadar penyiksaan lalu menyatu, atau karena cambuk mengakibatkan daging dan darah yang dicambuk menyatu.

Kata al-Mirshaad terambil dari kata rashada yang pada mulanya berarti mengintai. Pada surat ini yang dimaksud adalah mengawasi.

Kata Lamman terambil dari kata lamma berarti menghimpun.

Kata Jamman terambil dari kata al-jamm yakni banyak. Yang dimaksud pada surat ini adalah berlebihan.

Kata Dukkat terambil dari kata dakka berarti menghantam sesuatu sehingga menghancurkannya.

Pengulangan kata dakka untuk mengisyaratkan bahwa penghancuran itu benar-benar akan terjadi, atau untuk menunjukkan berulangnya penghancuran itu, masing-masing wilayah atau gunung dihancurkan sehingga benar-benar hancur lebur, dan bumi menjadi qaa’an shafshafan/datar sama sekali (baca QS. Thaha [20]: 106).

فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106)
Artinya: maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali,

Pengulangan kata shaffan (barisan) untuk mengisyaratkan banyaknya shaf malaikat, yang berbaris di tempat penghimpunan seluruh makhluk di Padang Mahsyar.

An-Nafs al-Muthma’innah dipahami oleh sementara ulama’ dalam arti jiwa yang tenang, yakni akan wujud Allah SWT atau janji-Nya disertai dengan keikhlasan beramal.



  • Pesan Surat Al-Fajr

  1. Surat Al Fajr ini Allah SWT bersumpah bahwa azdab terhadap orang-orang kafir tidak akan dapat dielakkan; beberapa contoh dari umat-umat yang sudah dibinasakan oleh-Nya. 
  2.  Kenikmatan hidup atau bencana yang dialami oleh seseorang bukanlah tanda penghormatan atau penghinaan Allah SWT kepadanya, melainkan cobaan dari Allah SWT. 
  3.  Surat Al Fajr ini Allah memberi celaan terhadap orang-orang yang tidak mau memelihara anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin; kecaman terhadap orang yang memakan harta warisan dengan campur aduk dan orang yang amat mencintai harta. 
  4.  Dalam surat Al Fajr ini juga berisi tentang malapetaka yang akan dihadapi orang-orang kafir di hari kiamat. Sedangkan orang-orang yang berjiwa muthmainnah (tenang) mendapat kemuliaan di sisi Allah, serta dipersilahkan masuk ke dalam surga.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger