Oleh : Muhammad Abu Nadlir
Imam Muslim
meriwayatkan dalam kitab Al-Jumu'ah
bahwa Rasulullah SAW pada shalat dua hari Raya (Fitri dan Adha) dan shalat
Jum'at membaca surat Al- A’laa pada rakaat pertama, dan surat Al-Ghaasyiyah pada rakaat kedua.
8) Kami akan mempermudahkanmu
kepada kemudahan,
9) Maka berilah peringatan jika
bermanfaat peringatan itu,
10) Akan mengingat siapa yang takut,
11) Dan akan menghindarinya siapa
yang paling celaka,
12) Yang akan masuk ke api yang
terbesar,
13) Kemudian ia tidak mati di sana
dan tidak hidup,
14) Sungguh telah beruntunglah
orang yang menyucikan diri,
15) Dan mengingat nama Tuhannya,
lalu ia shalat,
16) Bahkan kamu mengutamakan
kehidupan dunia,
17) Padahal akhirat lebih baik dan
lebih kekal,
18) Sesungguhnya ini benar-benar
alam kitab-kitab yang dahulu,
19) (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan
Musa.
Kosa Kata
Kata Nuyassiruka dan kata al-Yusraa berakar pada kata yusr yang antara lain berarti mudah, ringan, berat kadarnya atau banyak jumlahnya.
Kata Yakhsyaa terambil dari kata khasyyah yang berarti takut. Kata ini biasa digunakan
untuk menggambarkan rasa takut terhadap suatu objek yang sangat diagungkan.
Kata al-Asyqaa terambil dari kata syaqiya yang berarti celaka, susah. Kata ini
merupakan antonim dari kata sa’ida yang berarti bahagia.
Kata Yashlaa terambil dari kata shaliya yang dipahami oleh sementara ahli
bahasa dalam arti menyalakan
api sehingga memperoleh kehangatan atau kepanasan. Kata ini juga bisa
diartikan dengan masuk.
Kata Aflaha terambil
dari kata al-falh yang berarti membelah.
Dari sini
petani dinamai al-fallaah karena dia mencangkul untuk membelah tanah lalu menanam benih.
Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah
yang diharapkannya. Dari sini sehingga yang meperoleh apa yang diharapkan dinamai falaah dan hal tersebut tentu melahirkan kebahagiaan yang juga menjadi salah satu
makna falaah.
Ar-Raghib
al-Ashfahani membagi kebahagiaan menjadi duniawi dan ukhrowi;
duniawi mencakup usia panjang,
kekayaan dan kemuliaan, sedangkan
kebahagiaan ukhrowi mencakup kekekalan
tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan, kemuliaan tanpa kehinaan, dan pengetahuaan tanpa kebodohan.
Surat
al-Mu’minuun ayat pertama sampai ayat sembilan, dikemukakan sifat-sifat dari
orang-orang mukmin yang akan memperoleh al-Falaah yaitu; (1) Khusyu’ di dalam shalat,
(2) Menunaikan zakat, (3) Menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia, (4)
Tidak menggunakan alat kelaminnya kecuali secara sah, (5) Meelihara amanat dan
janji, dan (6) Memelihara waktu-waktu shalat.
Kata Dzakara dapat berarti menyebut dengan lidah juga bisa berarti menghadirkan sesuatu dalam benak atau memantapkan
kehadirannya.
Kata Tu’tsiruun terambil dari kata aatsara yang berarti mengambil sesuatu tanpa mengambil
yang lain. Pada ayat ini dimaksud adalah mengutamakan.
Kata ad-Dunyaa terambil dari kata danaa yang berarti dekata atau dari kata Danii’ yang berarti hina.
Kata Khair (lebih baik) dan Abqaa (lebih kekal) keduanya berbentuk superlatif. Ini
memberi perbandingan kehidupan, bahwa surga lebih baik dan kekal dibanding
dengan kenikmatan dunia.
Kata Shuhuf adalah bentuk jamak dari kata shahifah, yang pada mulanya
berarti sesuatu yang
dihamparkan. Untuk mudahnya menulis sesuatu, maka ia dihamparkan. Maka,
sesuatu yang ditulis seperti buku atau kertas dan sebagainya dinamai shahifah.
Pesan
Surat Al-A’laa Ayat
8 – 19
1. Allah SWT memberi
kemudahan kepada Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas menyampaikan risalah
agama.
2. Kebahagiaan yang
menanti mereka yang mengagungkan Allah SWT serta menjalankan perintah-Nya.
Mensucikan-Nya dan beribadah kepada-Nya.
3. Kecaman dan ancaman bagi mereka yang
mengabaikan perintah-perintah Allah SWT, akan dimasukkan di negara yang apinya
besar memanaskan.
Posting Komentar