Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SURAT AL-BAQARAH Ayat 11-15

Kamis, 21 April 20161comments




Surat ini merupakan surat ke-2 dari segi penempatannya dalam Mushhaf, dan surat yang ke-87 dari segi perurutan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Termasuk Madaniyyah. Terdiri dari 286 ayat.





11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.",
12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar,
13. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu,
14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.",
15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

Kosa Kata

Kata Tufsiduu berasal dari kata fasada yang berarti kerusakan, pengrusakan, sesuatu yang mendatangkan mudarat.

Kata Mushlihuun berasal dari kata shaluha yang berarti perbaikan, bermanfaat, sesuatu yang mendatangkan manfaat, sesuai (kesesuaian).

Kata Mustahzi’uun berasal dari kata istahza’a yang berarti menertawakan, mengejek, menyindir, mengolok-olok, menghina.
Kata Syayaathiinihim adalah bentuk jamak dari kata syaithan yang berasal dari kata syathana, yang memiliki arti memberontak, menyimpang dari jalan cahaya dan kasih sayang.

Pesan Surat Al-Baqarah ayat 11 – 15


  1. Ayat 11-13. Semua makhluk mencerminkan sifat keabadian dan keberlanjutan Tuhan. Oleh karena itu, semua makhluk selalu menolak untuk menerima segala macam keterputus-an, pemisahan, atau dualitas dalam hidup. Bahkan para orang yang mengidap penyakit hati pun—ketika pengingkaran tauhid mereka ditunjukkan—akan menolaknya. Gejala lain dari penyakit ini adalah kesombongan dan penyanjungan diri sendiri. Gejala ini berfungsi untuk melestarikan kesalahan iman dan konsep mereka, yaitu dengan menyanjung diri sendiri di atas orang lain. Para penipu memandang rendah sistem-sistem lain. Mereka menganggap para pengikut sistem lain sebagai orang yang bodoh (sufaha). Padahal, dalam kenyataannya, kaum munafiklah yang bodoh. Jika saja kaum munafik mau menengok sifat fitrahnya, mereka akan mengetahui dengan lebih baik. Namun, mereka telah tersesat dari jalan menuju pengetahuan diri yang mendasar (fithri).
  2. Ayat 14-15. Realitas mencerminkan niat dan tindakan manusia. Jadi, karena belas kasih Allah SWT, orang-orang yang ingin memperolok-olok pun dibiarkan. Setiap sistem penciptaan melanggengkan dirinya sendiri. Jika diikuti dengan sungguh-sungguh, jalan keimanan akan memberikan peningkatan. Demikian juga halnya dengan jalan kemunafikan. Karenanya, orang-orang yang terjatuh dalam kemunafikan akan terperosok semakin dalam ke dasar terowongan gelap kemunafikannya. Kehidupan adalah dinamisme dan pertumbuhan. Penciptaan dimulai dari keadaan non-wujud yang kemudian berekspansi. Lalu, di akhir siklus penciptaan, keseluruhan semesta beserta semua subsistemnya yang ekspansif itu akan berkontraksi kembali ke tempat abadi, kembali ke kehampaan abadi dalam genggaman Tuhan.
Share this article :

+ comments + 1 comments

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger