Oleh : Muhammad Abu Nadlir
Surat
Al-Lahab atau Al-Masad merupakan surat yang ke 6 yang diterima
oleh Nabi Muhammad. Surat ini terdiri atas 5 ayat dan termasuk surat Makiyyah.
Abu Lahab adalah paman dari Nabi SAW sendiri, saudara
dari ayah beliau. Nama kecilnya Abdul ‘Uzza. Sebagai kita tahu, ‘Uzza adalah
nama sebuah berhala yang dipuja orang Quraisy, Abdul ‘Uzza bin Abdul Muthalib.
Nama isterinya ialah Arwa (ada juga yang menyebut dengan Ummu Jamil), saudara
perempuan dari Abu Sufyan Sakhar bin Harb, khalah dari
Mu’awiyah. Dia dipanggilkan Abu Lahab, yang dapat diartikan ke dalam
bahasa kita dengan “Pak Menyala”, karena mukanya itu bagus, terang bersinar dan
tampan. Gelar panggilan itu sudah dikenal orang buat dirinya.
Pokok isi surat ini berisi tentang nasib salah seorang
paman Rasulullah SAW yakni Abu Lahab beserta istrinya yang
diancam dengan siksa neraka. Surat Al-Lahab mengisyaratkan bahwa kemusyrikan itu tidak dapat
dipertahankan dan tidak akan menang walaupun pendukung-pendukungnya bekerja
keras.
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas
yang berkata, “Suatu hari, Rasulullah naik ke atas bukit Shafa lalu memanggil
orang-orang Quraisy untuk berkumpul. Pada saat mereka telah berkumpul,
Rasulullah lalu berkata, ‘Sekiranya saya sekarang mengatakan kepada
kalian bahwa pasukan musuh akan menyerang kalian di pagi ini atau sore ini
apakah kalian akan mempercayainya?’ Mereka serentak menjawab, ‘Ya.’
Rasulullah lalu berkata, ‘Sesungguhnya saya sekarang memberi peringatan
kepada kalian terhadap akan datangnya adzab yang pedih.” Mendengar
ucapan Nabi SAW. tersebut, Abu Lahab langsung menyahut, ‘Celaka engkau,
apakah hanya untuk menyampaikan hal ini engkau mengumpulkan kami?!’ Allah
lalu menurunkan ayat ini.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Israil dari Abu Ishak dari
seorang laki-laki dari Hamadan yang bernama Yazid bin Zaid bahwa suatu ketika
istri Abu Lahab menebarkan duri-duri di jalan yang akan dilalui oleh Nabi SAW.
Tidak lama kemudian turunlah ayat, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab
dan benar-benar binasa dia!” hingga ayat 4, “Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).”
Makna Kosakata
Tabba :
'hilang, rugi', dan 'binasa, atau rusak'.
Hathab: 'kayu
bakar'. Ada ahli Tafsir yang menafsirkan bahwa ungkapan ‘sang pembawa kayu
bakar’ merupakan kiasan yang bermakna orang yang suka mengadu-domba.
Dahulu, Ummu Jamil (sebutan dari istri Abu Lahab) suka menebar fitnah demi mengadu-domba
antara nabi dan para sahabatnya dengan kaum musyrikin. Karena perbuatannya
itulah yang menyebabkan dia dijuluki sebagai sang pembawa kayu bakar.
Jid menggambarkan
bagian leher tempat kalung biasa bertengger.
Masad biasanya
berarti daun palem yang dipintal. Ini berarti bahwa apa yang diseretnya (yang
melingkari lehernya) adalah rantai yang dipintal kuat buatannya sendiri.
Pesan Yang Dapat Diambil
1. Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang
tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika
seseorang itu beriman.
2.
Hukuman bagi mereka yang suka melakukan adu domba.
Posting Komentar