Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

TAFSIR SURAT ATH-THARIQ (YANG DATANG DI MALAM HARI) Ayat 11 – 17

Sabtu, 23 Mei 20150 comments


Oleh : Muhammad Abu Nadlir

Surat ini adalah surat yang ke 36 berdasarkan urutan surat yang diterima Rasulullah dan surat ke 86 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 17 ayat. Termasuk surat Makkiyyah.


Terjemah:
11) Demi langit yang memiliki sesuatu yang kembali,
12) Dan bumi yang memiliki belahan,
13) Sesungguhnya dia benar-benar adalah kata putus,
14) Dan bukanlah dia senda gurau,
15) Sesungguhnya mereka merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya,
16) Dan Aku pun membuat rencana dengan sebenar-benarnya,
17) Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu, beri tangguhlah mereka.


Kosa Kata

Kata ar-Raj’ pada mulanya berarti kembali. Yang dimaksud di sini adalah yang berbolak-balik. Ulama’-u;ama’ berbeda pendapat dalam memaknai ar-Raj’ ini, antara lain sebagai berikut;

1. Malaikat. Karena bolak-baliknya ke langit untuk “melaporkan” hasil amal perbuatan setiap individu.
2. Bintang-bintang, bahkan bulan dan matahari yang silih berganti terlihat di langit, muncul dan tenggelam, pergi dan datang
3. Hujan. Ia silih berganti, pergi dan datang melalui satu proses alamiah yang ditetapkan oleh Allah.

Kata ash-Shad’ bearti belahan. Belahan pada ayat ini ada yang memahaminya sebagai belahan-belahan di bumi yang kemudian memancarkan air (mata air). Ada juga yang memahaminya sebagai belahan hasil bajakan para petani. Tetapi pada umumnya ulama’ tafsir memahami belahan yang dimaksud di sini dengan tumbuh-tumbuhan yang bagaikan membelah tanah, dengan kemunculannya di permukaan bumi.

Kata Innahu (sesungguhnya dia) ada yang memahaminya menunjuk kepada aneka persoalan yang diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu dan ada juga yang memahaminya dalam arti al-Qur’an. Karena memang salah satu nama al-Qur’an adalah al-Fashl.

Kata Fashl berarti pemisah yang memutuskan sesuatu. Al-Qur’an memberi putusan sekaligus memisahkan antara yang haq dan yang bathil.

Kata al-Hazl dipahami dalam arti segala ucapan yag tidak bermanfaat, dan tidak berdampak positif. Dari akar kata yang sama lahir kata al-Huzaal yang berarti lemah dan kurus.

Kata Kayd adalah upaya terselubung untuk mencapai tujuan yang biasanya buruk atau jahat.

Kata kayd ayat 14 dan ayat 15 tidak boleh dipersamakan, karena tidak ada yang serupa dengan sifat, Dzat, dan perbuatan Allah. Sementara ulama’ memahami kayd yang dilakukan oleh Allah itu adalah apa yang dinamai istidraaj, yakni melimpahkan kepada para pendurhaka aneka nikmat sehingga mereka merasa aman bahkan boleh jadi menduga bahwa mereka dicintai Allah, tiba-tiba Allah menjatuhkan siksa-Nya atas mereka.

Kata mahhil dan amhil terambil dari kata mahl yang berarti penangguhan untuk waktu tertentu atau tidak tertentu.

Patron kata mahhil mengandung makna pengulangan dan pentahapan sedangkan kata amhil mengandung arti keserantakan.

Kata ruwaidan, yang berarti dekat tidak menjadi penghalang bagi pendapat ini, karena memang di sisi Allah, hari Kiamat dekat, walaupun manusia dan khususnya orang-orang kafir, menganggapnya jauh (mustahil).


Pesan Surat Ath-Thariq Ayat 11 – 17

1. Dalam surat ath-Thaariq ayat 11-12 ini membuktikan tentang kekuasaan Allah mengihidupkan yang mati antara lain melalui kenyataan yang terlihat pada hujan yang menumbuhkan tanah yang gersang atau mati. Manusia yang telah mati dan dikuburkan di bumi, dapat hidup kembali, tak ubahnya dengan bumi atau tanah yang mati atau gersang, yang dapat hidup setelah disirami hujan.

2. Dalam surat ath-Thaariq ayat 13-14 ini menegaskan bahwa Al Quran adalah pemisah antara yang hak dan yang batil.

3. Dalam surat ath-Thaariq ayat 15-17 ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang menjadikan al-Qur’an sebagai bahan olok-olok dan senda gurau.

4. Nabi SAW diperintahkan untuk berkali-kali melakukan penangguhan tahap demi tahap, serta menahan diri dan tidak perlu memohon kepada Allah agar mereka (kaum kafir) dijatuhi siksa, tetapi di sisi lain penangguhan berkali-kali itu hendaknya merupakan bagian dari satu kesatuan penangguhan yang memang pasti akan datang dan ketika akan disiksa akan jatuh sekaligus.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger