Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

TAFSIR SURAT AL-BURUJ (GUGUSAN BINTANG) AYAT 1 – 10

Jumat, 05 Juni 20150 comments

Oleh : Muhammad Abu Nadlir



Merupakan surat yang ke-27 yang diterima Rasulullah dan surat yang ke-85 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 22 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyah.


1.  Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
2.  Dan hari yang dijanjikan,
3.  Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan,
4.  Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit,
5.  Yang berapi (dinyalakan) dengan kayu bakar,
6.  Ketika mereka duduk disekitarnya,
7. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman,
8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu,
10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka adzab Jahannam dan bagi mereka adzab (Neraka) yang membakar.

Kosakata

Al-Buruuj adalah bentuk jamak dari kata al-Baurj yang pada mulanya berarti sesuatu yang nampak. Kata ini sering kali digunakan dalam arti bangunan besar atau istana yang tinggi, karena kebesaran dan ketinggiannya menjadikannya ia nampak  dengan jelas.

Para ulama’ memahami kata al-Buruuj di sini dalam arti gugusan bintang yakni letak bintang yang nampak di langit dalam bentuk yang beragam dan terbagi atas dua belas macam yang masing-masing disebut rasi. Bumi dan benda-benda langit akan melewati gugusan-gugusan bintang itu setiap kali berputar mengelilingi matahari. Secara berurutan, nama-nama gugusan bintang yang berjumlah dua belas itu adalah: Aries, Taurus, Gemini, Kancer, Leo, Virgo, Libra, Skorpio, Sagitarius, Kaprikornus, Akuarius, dan Pises.

Kata Syaahid demikian juga kata masyhuud terambil dari kata syahida yang pada mulanya berarti hadir. Kehadiran tersebut bisa secara fisik material bisa juga secara pikiran atau immaterial, bisa juga kedua-duanya.

Kata syaahid digunakan untuk menunjuk orang yang hadir atau melihat sesuatu dengan mata kepalanya atau mata hatinya. Ia juga digunakan dalam arti saksi. Sedangkan kata masyhuud adalah sesuatu yang disaksikan.

Ada yang memahaminya dalam arti malaikat yang menyaksikan dan hadir pada peristiwa al-Yaum al-Maw’ud (Hari Kiamat) atau peristiwa al-Ukhduud yang disebut pada ayat berikut, atau Allah sendiri Yang menyaksikannya. Sedangkan masyhuud adalah peristiwa yang terjadi ketika itu, atau manusia yang berkumpul pada hari Kiamat atau hari peristiwa al-Ukhduud.

Biasanya kata buruk yang diucapkan, seringkali ketika orang yang dibicarakan tidak ada. Oleh karena itu, humazah sering diartikan dengan Ghibah (menyebut keburukan orang lain sedangkan orangnya tidak ada).

Kata al-Ukhduud adalah bentuk tunggal yang bermakna belahan dalam tanah atau dengan kata lain disebut parit.

Kata Naqamuu terambil dari dari kata yang terdiri dari huruf nun – qaf - mim yang maknanya berkisar pada tidak menyetujui sesuatu kartena menilainya buruk. Dari sini lahir makna menyiksa, karena tidak menyetujui dan menilai buruk sesuatu, dapat mengancam, bahkan marah, yang mengundangnya menyiksa.

Kata al-‘Aziiz terambil dari akar kata yang terdiri dari dua huruf, yaitu ‘ain dan za’. Maknanya berkisar pada kekukuhan dan kemantapan. Dari sini kemudian lahir makna-makna baru sesuai dengan konteks serta bentuk mudhori’-nya (kata kerja masa kini dan datang). Jika bentuknya ya’uzzu maka ini berarti mengalahkan, jika ya’izzu maka maknanya sangat jarang, atau sedikit bahkan tidak ada samarnya, dan jika ya’azzu maka ia berarti menguatkan sehingga tidak dapat dibendung atau diraih. Ketiga makna tersebut dapat menyifati Allah SWT.

Kata fatanuu terambil dari kata al-Fatan yang pada mulanya berarti membakar emas untuk mengetahui kadar kualitasnya. Kemudian kata tersebut digunakan untuk makna menguji. Al-Qur’an juga menggunakan dalam arti memasukkan ke neraka atau dalam arti siksaan.


Pesan Surat al-Buruuj Ayat 1 – 10

1. Allah pasti akan membangkitkan semua manusia dan memberi balasan kepada siapa yang durhaka dan siapa saja yang percaya kepada Allah.

2. Sikap dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti seruan para Rasul, dan isyarat dari Allah bahwa orang kafir Mekah akan ditimpa azab sebagaimana kaum Fir'aun dan Tsamud telah ditimpa azab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger