Surat ini adalah
surat yang ke 24 berdasarkan
urutan surat yang diterima Rasulullah dan surat ke 80
berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 42
ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyyah.
17) Binasalah manusia; alangkah amat sangat
kekafirannya?,
18) Dari apakah Allah menciptakannya?,
19) Dari setetes mani, Allah menciptakannya
lalu menentukannya,
20) Kemudian Dia memudahkan jalannya,
21) Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya
ke dalam kubur,
22) Kemudian bila Dia menghendaki, Dia
membangkitkannya kembali,
23) Sekali-kali jangan; manusia itu belum
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
24) Maka hendaklah manusia itu memperhatikan
makanannya,
25) Sesungguhnya Kami benar-benar telah
mencurahkan air (dari langit),
26) Kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya,
27) Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
28) Anggur dan sayur-sayuran,
29) Zaitun dan kurma,
30) Kebun-kebun (yang) lebat,
31) Dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
32) Untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu,
33) Dan apabila datang suara yang memekakkan
(tiupan sangkakala yang kedua),
34) Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35) Dari ibu dan bapaknya,
36) Dari istri dan anak-anaknya,
37) Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya,
38) Banyak wajah pada hari itu berseri-seri,
39) Tertawa dan bergembira ria,
40) Dan banyak (pula) muka pada hari itu
tertutup debu,
41) Dan ditutup lagi oleh kegelapan,
42) Mereka itulah orang-orang kafir lagi
durhaka.
Kosakata
Kata Qutila mempunyai banyak arti. Antara lain; doa jatuhnya kebinasaan atas perilaku buruk, keheranan
atas sesuatu atau keheranan atas sifat buruk.
Kata Yaqdhi terambil dari kata Qadhaa’ yang pada
mulanya berarti kesempurnaan. Qadhaa’ adalah melaksanakan sesuatu
secara sempurna.
Kata Abba dipahami oleh beberapa ulama’ dalam arti rerumputan.
Kata ash-Shaakhkhah berarti suara
yang memekakkan telinga.
Kata Musfirah terambil dari kata asfara yakni terbuka.
Kata Ghabarah terambil dari kata ghubar yakni debu.
Dan dari kata qatarah serupa dengan asap yang berwarna hitam.
Kata a-Fajarah adalah bentuk jamak faajir. Kata ini
terambil dari kata fajara yang pada mulanya berarti membelah.
Pesan Surat ‘Abasa Ayat 17-42
1.
Ayat 17-23. Manusia
perlu mempelajari asal kejadian dan jati dirinya, agar menyadari kelemahannya
sehingga tidak angkuh dan selalu memohon bantuan Allah dan agar mengetahui
potensi-potensinya, agar mengembangkan dan memanfaatkannya. Di samping itu
siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan dapat mengenal keagungan dan
kebesaran Tuhannya.
Pengetahuan
tentang datangnya kiamat, sedikit pun tidak diketahui manusia—berbeda dengan pengetahuannya
tentang kelahiran anak atau kematian. Itu sebabnya ketika menguraikan tentang
hari kebangkitan, ayat tadi menggunakan kalimat Bila Dia menghendaki.
Siapa
pun dan betapapun sempurnanya ibadah dan ketakwaan, namun manusia tetap saja
tidak dapat melaksanakan secara sempurna dan tuntas seluruh apa yang ditugaskan
Allah kepada-Nya. Itu salah satu sebab mengapa Allah membuka pintu taubat.
2.
Ayat 24-32. Melihat
dan merenung tentang bahan makanan, bagaimana proses kejadiannya, lalu memilih
yang terbaik dan sesuai untuk dimakan, merupakan salah satu perintah Allah yang
perlu diperhatikan. Setiap orang harus
dapat menarik pelajaran dari fenomena alam, semakin dalam renungan, semakin
banyak rahasia dan manfaatnya yang dapat terungkap. Manusia
hendaknya selalu mengingat nikmat-nikmat Allah—dan alangkah banyaknya nikmat
tersebut, antara lain ketersediaan yang lebih dari cukup.
3. Ayat 33-42. Perhatikanlah
fenomena alam niscaya Anda memperoleh contoh tentang kuasa Allah membangkitkan
orang yang telah mati. Pada hari kiamat,
semua orang sibuk dengan dirinya sendiri. Semua juga takut
mempertanggungjawabkan amal-amalnya tanpa dapat melempar tanggung jawab, tidak
juga dapat saling tolong-menolong, kendati yang mengharapkan bantuan adalah
orang yang paling dicintai. Situasi ini paling tidak terjadi pada awal tahap
perhitungan Allah. Di hari kemudian hanya ada dua kelompok besar, yaitu yang
bermuka ceria dan bergembira ria, karena berbahagia dengan surga dan yang bermuka keruh lagi berwajah hitam karena
takut, sedih memperoleh siksa yang pedih.
Posting Komentar