Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

Tafsir Surat An-Naas

Senin, 03 November 20140 comments

Oleh : Muhammad Abu Nadlir



Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Falaq. An-Naas merupakan surat yang ke- 21 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Nama An Naas diambil dari An Naas yang berulang kali disebut dalam surat ini yang artinya manusia.

Surat An-Naas dan  surat Al-Falaq disebut dengan Al-Mu’awwidzatain. Karena kedua surat ini memohon perlindungan kepada Allah. Surat An-Naas memohon perlindungan dari sesuatu yang menyerang dari dalam tubuh manusia, sedangkan surat Al-Falaq memohon perlindungan dari sesuatu yang menyerang dari luar tubuh manusia.

Surat ini sangat besar manfaatnya. Sebagaimana Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Shohih Bukhori, riwaya Imam Malik dengan sanadnya dari ‘Aisyah RA., bahwasanya bila Rasulullah SAW., mengeluhkan rasa sakit, beliau membacakan untuk dirinya dengan al-Mu’awwidzatain (Surat al-Falaq dan an-Naas) dan meniupkan (dalam riwayat lain meludah kecil), namun tatkala rasa sakitnya semakin parah, maka aku pun membacakan untuknya dan menyapunya dengan kedua tangannya karena berharap ada keberkahannya.

Kosa Kata

`A’uudzu : Aku berlindung dan meminta perlindungan kepada-Mu, Ya Allah.

Rabbin Naas, Malikin Naas, Ilaahin Naas : Tiga sifat ini merupakan sifat Allah; Rububiyyah (yang memelihiri, yang membimbing, yang mengelola, mengasuh, dan mendidik), al-Mulk ( yang merajai, yang memiliki kekuasaan) dan Uluuhiyyah (yang menjadi Tuhan). Dia-lah Rabb segala sesuatu, raja dan Ilahn-nya. Segala sesuatu diciptakan untuk-Nya, dikuasai (tunduk) dan menyembah untuk-Nya.

al-Waswaas : Rayuan atau godaan yang mengantar kepada sesuatu yang buruk.

al-Khannaas : Suka bersembunyi. Yang suka datang dan pergi. Sifat syaithan menjauh dan bersembunyi ketika seorang hamba mengingat Allah. Tapi, syaithan akan datang dan mendekati manusia dengan segala rayuan ketika manusia lupa kepada Allah.

al-Ladzii Yuwaswisu fii shuduurin Naas : syaithan akan selalu dan selamaya merayu atau menggoda umat manusia agar berbuat maksiat, menganjurkan agar melakukan perbuatan buruk.

Minal Jinnati Wan Naas : Yakni dari syaithan-syaithan kalangan jin dan manusia. Jadi, bisikan syaithan dari kalangan jin adalah sebagai yang telah disebutkan sedangkan bisikan syaithan dari kalangan manusia adalah menampakkan orang tersebut sebagai seorang yang suka menasehati dan bersimpati pada orang agar orang itu tunduk kepadanya dan mengikuti jejaknya.


Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari kajian surat An-Naas ini antara lain:
  1. Jika meminta perlindungan, mintalah kepada Allah, jangan selain-Nya.
  2. Musuh dan rayuan yang bersumber dari dalam diri manusia itu jauh lebih besar dan lebih bahaya dari gangguan bersumber dari luar, hati-hati dengan rayuan syaitan yang tidak dapat kita lihat dan dia melihat kita.
  3. Ada godaan syaitan itu berbentuk jin ataupun manusia, maka pilih-pilihlah dalam berteman/berkawan/bermitra.



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger