Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

TAFSIR SURAT AL-FALAQ

Kamis, 08 Januari 20150 comments

Oleh : Muhammad Abu Nadlir. 

Surat ini adalah surat ke 20 yang diterima Rasulullah SAW. Surat ini mengandung al-Isti’aadzah (minta perlindungan) dari semua kejahatan baik secara umum maupun khusus, berlindung (kembali) kepada Allah dan berlindung dengan naungan rahmat-Nya dari segala keburukan serta berpegang teguh dengannya dari kejahatan semua makhluk-Nya.

Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya waktu subuh. Surat ini termasuk golongan surat-surat Makkiyah (turun sebelum hijrah) dan ada juga yang mengatakan bahwa surat ini adalah surat Madaniyyah.  Surat ini terdiri dari 5 ayat dan diturunkan sesudah surat Al-Fiil.


Menurut Al-Baihaqi, surat Al-Falaq dan surat An-Naas merupakan surat yang diturunkan secara bersamaan. Kedua surat ini dinamakan Al-Maw’izatain atau Al-Muaww’idzain. Surat Al-Muawwidzain sering dibaca oleh Rasulullah sebagaimana Hadits dari 'Uqbah bin 'Aamir bahwa Rasulullah SAW bersembahyang dengan membaca Surat Al-Falaq dan Surat An Naas dalam perjalanan.


Hubungan Surat Al-Falaq dengan Surat Annas yaitu kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.


Perbedaannya Surat Al-Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kejahatan, sedang surat An-Naas memerintahkan untuk memohon perlindungan dari jin dan manusia.


Sebab turunnya (Asbabun Nuzul) adalah tatkala Nabi SAW disihir oleh orang seorang munafik sekutu Yahudi yang bernama Labid bin Al A’shom dari Bani Zuraiq di Madinah hingga beliau sakit sampai tiga hari. Sakit beliau sangat parah sampai-sampai tidak sadar terhadap apa yang dilakukannya. Wujud sihir berupa  sisir dan bekas rontokan rambut di kulit mayang kurma jantan di bawah dasar sumur Dzarwan. Allah SWT menurunkan Al- Maw’izatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu Jibril AS datang memberitahu tentang bagian yang terkena sihir dan meruqyah (membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi SAW. Berkat izin Allah, Nabi SAW sembuh.


Rasulullah SAW mendatangi sumur itu dan mengeluarkan sihir tersebut. Dan Beliau berkata : “Wahai ‘Aisyah, inilah sumur yang pernah diperlihatkan kepadaku, seakan-akan airnya adalah celupan pacar, dan pohon kurmanya seperti kepala syaitan.”


Menurut beberapa ulama’, ada yang mengatakan bahwa  riwayat ini dhoif. Riwayat ini dianggap hanya celoteh orang-orang Yahudi dengan tujuan agar manusia ragu terhadap Nabi SAW dan menganggap beliau terkena sihir, padahal Allah berfirman dalam QS. Al-Hijr: 95


“Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (orang-orang yang ingin mengganggu kamu).”


Dan surat al-Ma’idah: 67

“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia”


Adapun ulama’ yang mengatakan keshahihah riwayat ini, dengan argumen bahwa hanya kondisi Basyariyyahnya saja yang terkena sihir. Karena nabi Muhammad adalah manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya. Perbedaannya adalah beliau mendapatkan wahyu. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Kahfi: 110

“Katakanlah: sesungguhnya aku adalah seorang manusia seperti kalian hanya saja aku diberi wahyu.”


Kosa Kata

`A’uudzu
 : Aku berlindung dan meminta perlindungan kepada-Mu, wahai Allah.


al-Falaq 
: Al-Falaq berasal dari kata ‘falaqo’ yang berarti membelah. Dalam ilmu shorof, kata ‘Al-Falaq’ bermakna isim maf’ul sifat musyabbahah yang berarti terbelah.

Dan pada surat ini al-falaq lebih condong diartikan dengan Shubuh/pagi atau makhluk, artinya, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berlindung dari semua makhluk


Ghaasiq
 : Malam apabila telah memasuki kegelapan


Idza Waqab
 : Bila matahari sudah terbit dan kegelapan malam telah menjelang


an-Naffaatsaat
 : Wanita-wanita tukang sihir bila mereka menjampi dan meludah kecil pada buhul-buhul lalu menyihir manusia


Haasid
 : Orang yang dengki dan hasad (dengki) adalah bercita-cita hilangnya nikmat dari orang lain


Beberapa Pesan


1. Wajib hanya meminta perlindungan kepada Allah semata dari semua hal yang membahayakan, khususnya dari kegelapan, sihir dan pelakunya, hasad dan pelakunya karena besarnya keburukan tersebut.


2. Larangan berbuat hasad (iri hati) dan bahwa ia merupakan sifat yang tercela.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger