Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

Tafsir Surat Al-Kaafiruun

Kamis, 08 Januari 20150 comments

Oleh : Muhammad Abu Nadlir

Surat ini berdasarkan urutan mushhaf merupakan urutan ke 109. Adapun berdasarkan wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW merupakan surat yang ke 18. Terdiri dari 6 ayat. Termasuk surat Makiyyah.

Dinamakan surat Al Kafirun karena Nabi tidak akan menyembah apa yang orang kafir Quraisy sembah. Dinamakan juga surat Al Munabadzab (Penentangan), dan Al Baraatu Minasy Syrk ( Lepas Dari Kesyirikan).

Asbabun Nuzul

Diriwayatkan bahwa para pemimpin Quraisy bermufakat menemui Nabi Muhammad. Mereka bermaksud hendak mencari, “damai”. Yang mendatangi Nabi itu menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina – ialah Al-Walid bin Al-Mughirah, Al-Ash bin Wail, Al-Aswad bin Al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf.

]Mereka berkata: “Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya dengan engkau. Dan jika kami yang lebih benar daripada apa yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama merasakannya dengan kami, sama mengambil bahagian padanya.




Terjemah Surat

1.     Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, (Pemimpin – pemimpin musyrikin Mekkah)
2.     Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (Tidak di waktu sekarang dan tidak pula di masa akan datang)
3.     Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
4.     Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.     Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
6.     Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Hikmah Surat Al-Kaafiruun

1.      Menjelaskan keterjagaan Rasul dan penyucian dirinya dari mengikuti orang-orang Musyrik.

2.      Bahwa jalan Mukmin tidak akan bertemu dengan jalan orang kafir sebab si Mukmin mengikuti jalan Allah sedangkan si Kafir mengikuti jalan syaithan.

3.      Betapa tingginya derajat seorang Mukmin di mana ia tidak akan sujud kepada berhala dan tidak akan ridla beribadah kepada selain-Nya.

4.      Balasan terhadap semua perbuatan akan didapat kelak pada hari Kiamat. Firman-Nya, “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger