Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

TAFSIR SURAT AL-MAA’UUN

Kamis, 08 Januari 20150 comments

Oleh : Muhammad Abu Nadlir


Tahukah kamu, siapa orang yang mendustakan agama? (1) Ia itu orang yang menghardik (membiarkan atau mengabaikan) anak yatim (2) Dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin (3) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (4) (Yaitu) orang-orang yang lalai dari (dari esensi dan substansi) shalat (5) Orang-orang yang berbuat riya (6) Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7).

Surat ini memiliki banyak nama, antara lain; Surat ad-Din, Surat at-Takdzib, Surat al-Yatim. Surat ini merupakan surat yang ke-17 yang diterima Rasulullah dan surat yang ke 107 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 7 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyah.

Asababun Nuzul

Diriwayatkan bahwa kaum Musyrik saat itu yang bernama Abu Sufyan, setiap hari minggu menyembelih unta dan dibagi-bagikan kepada teman-temannya (koleganya). Ada seorang anak yatim yang datang dan meminta daging. Anak itu lalu dihardik dan didorong oleh Abu Sufyan. Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa yang mendorong adalah Abu Jahal. Ada yang mengatakan pelakunya adalah ‘Ash bin Wail, dan ada juga yang mengatakan pelakuknya adalah Walid bin Mughiroh.

Kosakata

Din, seringkali kata Din diterjemahkan dengan arti agama. Padahal sebenarnya kata Din tidak selamanya mengandung arti agama.

Dalam kajian bahasa arab setiap kata yang tersusun dari huruf Dal, Ya’ dan Nun itu menggambarkan hubungan antara dua pihak. Yang satu lebih tinggi kedudukannya dari yang lain.
a. Din: agama. Hubungan antara manusia (yang rendah) dengan Tuhan.
b. Dain: hutang/pertanggungjawaban. Hubungan antara dua orang, yang satu lebih tinggi dan yang satu lebih rendah. Yang satu menghutangi, yang satu dihutangi. Yang satu dimintai pertanggungjawaban dan yang satu meminta pertanggungjawaban.
c. Din: pembalasan, hukuman.

Yadu’u, arti aslinya adalah “mendorong dengan kasar”. ada ulama’ Qira’ah Sab’ah yang membacanya dengan “Yadda’u” yang artinya “membiarkan atau mengabaikan”.

Yatim, secara bahanya berarti “kesendirian”. Definisi Yatim pada dasarnya adalah orang yang lemah, yang tidak mampu karena tidak ada yang mendukung dia.

Yakhudhdhu, artinya “menganjurkan dengan sangat”.

Pesan Surat al-Ma’un

1.     Orang yang mendorong atau tidak menyayangi, atau tidak memberikan perhatian kepada anak yatim itu adalah orang yang tidak percaya adanya agama atau terhadap hari pembalasan.

2.     Agama Islam menganjarkan bahwa harus tepat sasaran kalau ingin memberikan sesuatu. Memberikan sesuatu harus kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.


3.     Kita sebagai umat Islam tidak boleh hanya sekedar memberikan makan kepada anak yatim dan miskin, tapi juga adanya perhatian. Mulai masalah pendidikan maupun yang lainnya.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger