Merupakan surat
yang ke-86 yang diterima Rasulullah dan surat yang ke-83 berdasarkan
urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 36 ayat. Surat ini termasuk surat
Makkiyah.
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan Ibnu
Majah. Bahwa ketika Rasulullah SAW sedang berada di pasar, Rasulullah melihat
para pedagang di pasar sering melakukan penipuan dan kecurangan. Hal itu
dibuktikan oleh Rasulullah ketika meilhat barang dagangan di bagian atas
terlihat bagus, namun ketika tangan Rasulullah masuk ke tengah sampai ke bawah,
ternyata barang dagangan itu busuk.
Melihat hal tersebut Rasulullah SAW
bersabda: Ada lima perkara yang membawa kecelakaan.
Pertama; Seseorang atau suatu
kaum yang sering melanggar perjanjian atau kesepakatan, maka akan timbul
ketidakpercayaan di antara mereka. Akibatnya, musuh dapat masuk memecah belah
dan kemudian menguasai mereka.
Kedua. Apabila manusia
berpaling dari hukum Allah, maka ia akan ditimpa musibah.
Ketiga. Apabila manusia terang-terangan
berbuat maksiat dan dosa, maka akan banyak nyawa melayang, manusia mudah
membunuh sesamanya.
Keempat. Apabila manusia
melakukan kecurangan dalam timbangan dan takaran, maka akan terjadi musibah
paceklik yang berkepanjangan dan tumbuh-tumbuhan akan sulit tumbuh.
Kelima. Apabila manusia
menahan zakat, maka hujan akan ditahan oleh Allah SWT.
Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini
sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar.
Setelah ayat-ayat tersebut turun, orang-orang menjadi orang-orang yang jujur
dalam menimbang dan menakar.
- Kecelakaan bagi orang-orang yang curang,
- (Yaitu) mereka yang apabila menerima takaran atas orang lain, mereka meminta dipenuhi,
- Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi,
- Tidakkah mereka menduga bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
- Pada suatu hari yang besar,
- Hari manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?,
- Berhati-hatilah. Sesungguhnya kitab para pendurhakan benar-benar tersimpan dalam sijjin,
- Apakah yang menjadikan engkau mengetahui, apakah sijjin?,
- Kitab yang ditulis,
Kosakata
Wail mulanya digunakan
oleh pemakai bahasa Arab sebagai doa jatuhnya siksa. Tetapi al-Qur’an
menggunakannya dalam arti ancaman jatuhnya siksa, atau dalam arti suatu
lembah yang sangat curam di neraka.
Muthaffifin terambil dari kata thaffa dan
ath-thafaf. Thafa berarti meloncati. Orang yang meloncati pagar,
diibaratkan orang yang tidak melakukan hal yang wajar. Ath-thafaf
berarti bertengkar dalam penakaran dan penimbangan akibat adanya kecurangan.
Yazhunnu dari segi bahasa
berarti menduga.
Sijjin berasal dari kata sajana
yang
yang berarti
tertahan dan sempit. Maka sijjin sering dipakai untuk menyebut penjara, karena penjara
adalah tempat untuk menahan seseorang dan biasanya ruangannya sempit.
Selain itu, penjara biasanya letaknya di bawah, karena
tempat yang di bawah itu menunjukkan kehinaan. Oleh karenanya, banyak
ahli tafsir yang mengartikan sijjin pada ayat di atas dengan tempat
yang berada di lapisan Bumi ke tujuh, lapisan Bumi paling bawah.
Marqum, dipahami dalam arti
bertanda atau dicap, sehingga begitu melihatnya langsung diketahui
keburukannya.
Pesan Surat Al- Muthaffifin
Ayat 1 – 9
- Ayat 1-3. Awal surah ini menyebut salah satu kedurhakaan yang paling banyak terjadi dalam hubungan antar manusia, yakni berkhianat menyangkut ukuran dan timbangan. Ayat-ayat ini juga memberi ancaman kepada mereka yang berbuat curang.
- Ayat 4-6. Ingkar terhadap Hari Pembalasan mengakibatkan seseorang enggan melakukan kebaikan. Sebaliknya, kepercayaan tentang adanya Hari Pembalasan menjadikan seseorang selalu waspada dan selalu melakukan kebajikan.
- Ayat 7-9. Menjelaskan tentang balasan bagi mereka yang selalu berbuat kecurangan.
Posting Komentar