Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SURAT AL- MUTHAFFIFIN, AYAT 10 – 21

Senin, 09 November 20150 comments

Merupakan surat yang ke-86 yang diterima Rasulullah dan surat yang ke-83 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 36 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyah. 

  





10.  Kecelakaan pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
11.  (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan,
12.  Tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
13.  Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu,
14.  Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka,
15.  Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka,
16.  Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka,
17.  Kemudian, dikatakan (kepada mereka): "Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan,
18.  Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin,
19.  Tahukah kamu apakah 'Illiyyun itu?,
20.  (Yaitu) kitab yang bertulis,
21.  Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan,

Kosakata

Wail mulanya digunakan oleh pemakai bahasa Arab sebagai doa jatuhnya siksa. Tetapi al-Qur’an menggunakannya dalam arti ancaman jatuhnya siksa, atau dalam arti suatu lembah yang sangat curam di neraka.

Ad-Diin  di sini berarti pembalasan. Agama disebut ad-Diin  karena didalam agama setiap perbuatan ada balasannya.

Mu’tad  yaitu orang melampaui batas dalam perbuatannya, dengan memakan sesuatu yang haram, dan berlebih-lebihan dalam sesuatu yang mubah. Dia melampaui batas juga ketika berhubungan dengan orang lain, dengan selalu mendholimi dan menyakiti mereka.

Atsiim adalah orang yang berdosa.

Asaathiir adalah jama’(plural) dari kata Usthurah, yaitu dongeng atau cerita fiktif untuk menghibur  yang sebenarnya tidak ada dalam realita.

Al-Awwaliin adalah: orang-orang terdahulu.

Roona artinya menguasai atau menutupi. Roona juga bisa diartika karatan yang biasa mengenai besi atau cermin.

al-Abrar dari kata al-Barr yang berarti luas, maka daratan disebut juga al-Barr karena tempatnya luas. Maksudnya disini bahwa al-Abrar adalah orang yang luas dan banyak kebaikannya di dunia ini, luas dan banyak ibadahnya kepada Allah, mereka adalah orang-orang yang berbakti.

’Illiyyin dari kata al-Uluw yang berarti tinggi. Maksudnya bahwa kitab catatan amal orang-orang yang berbakti (kepada Allah) diletakkan di tempat yang tinggi, yaitu langit yang ke tujuh. “Al-Iliyyun adalah tempat di samping tiang ‘Arsy sebelah kanan“

Pesan Surat Al- Muthaffifin Ayat 10 – 21
  1. Tabiat jiwa manusia pada mulanya adalah suci dan jernih, mampu mengetahui kebenaran sebagaimana apa adanya, serta mampu juga membedakan antara yang hak dan yang batil, ketakwaan dan kedurhakaan. 
  2. Setiap pelanggaran melahirkan tetesan hitam ke dalam kalbu. Ia tidak terhapus kecuali dengan taubat. Jika pelanggaran berlanjut, maka akhirnya kalbu menjadi hitam, buram, dan berkarat sehingga jiwa terhalangi menerima kebenaran. Yang bersangkutan tersungkur jatuh ke lembah kehinaan akibat ulahnya sendiri. Dengan demikian, ia terhalang dari rahmat dan kebajikan. 
  3. Kebejatan moral seringkali bermula dari sesuatu yang dinilai kecil dan sepele. Karena itu pula ia seringkali tidak dirasakan kecuali setelah parah. Ia bermula dari satu titik saja dan memang perjalanan jauh ditempuh dengan satu langkah kecil. Bukit yang tinggi bermula dari sebiji pasir.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger