Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SURAT ‘ABASA (HARI PEMBALASAN) Ayat 1-16

Rabu, 13 Januari 20160 comments



Surat ini adalah surat yang ke 24 berdasarkan urutan surat yang diterima Rasulullah dan surat ke 80 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 42 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyyah. 

Surat ini populer dengan nama 'Abasa. Ada yang menamainya surat ash-Shakhkhah (yang memekakkan telinga), as-Safarah (para penulis kalam Ilahi), dan al-A'ma (sang tunanetra).

Asbabun Nuzul Surat Abasa

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim, yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Abu Ya’la yang bersumber dari Anas bahwa Firman Allah. ‘Abasa wa tawallaa (Dia [Muhammad] bermuka masam dan berpaling) turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum, seorang buta yang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata: “Berilah aku petunjuk Ya Rasulullah. Pada waktu itu Rasulullah SAW sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy. Beliau berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan tetap menghadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ibnu Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakana ini mengganggu tuan?” Rasulullah saw menjawab: “Tidak.” Ayat-ayat ini (‘Abasa: 1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah SAW itu.



  1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
  2. Karena telah datang seorang buta kepadanya,
  3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
  4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?,
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
  6. Maka kamu melayaninya,
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman),
  8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. Sedang ia takut kepada (Allah),
  10. Maka kamu mengabaikannya,
  11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
  12. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,
  13. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan,
  14. Yang ditinggikan lagi disucikan,
  15. Di tangan para penulis (malaikat),
  16. Yang mulia lagi berbakti.

Kosakata

Kata Tashaddaa terambil dari kata shaddaa yang berarti gema yakni suara yang memantul.

Kata Talahhaa terambil dari kata lahaa-yalhaa yang berarti menyibukkan diri dengan sesuatu. 

Kata Safarah adalah bentuk jamak dari kata saafir yakni penulis.

Pesan Surat Abasa Ayat 1-16

  1. Ayat 1-10, menunjukkan betapa jujur Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan wahyu al-Qur'an sehingga teguran terhadap diri beliau pun tidak disembunyikannya. Kendati sikap Nabi Muhammad SAW dalam kasus yang dibenarkan ayat-ayat ini menurut ukuran manusia terhormat adalah sangat wajar dan baik, tetapi karena beliau adalah manusia teragung, maka itu dinilai Allah tidak wajar beliau lakukan. Karena itu, ada rumus yang menyatakan bahwa: "Apa yang dianggap baik oleh orang kebanyakan, masih dapat dinilai buruk oleh yang budiman." Tidak terlarang menyebut ciri yang tidak disenangi oleh yang dicirikan bila hal tersebut diperlukan untuk menjelaskan identitasnya. Menamai seseorang 'si tunanetra' untuk tujuan memperkenalkannya —karena tidak ada kata lain yang dapat menunjuknya— digunakan oleh ayat ini. Teguran tersebut mengajarkan bahwa ada hal-hal yang terlihat baik dan tepat melalui pkitangan mata atau indikator-indikator yang tampak, tetapi pada hakikatnya jika diperhatikan lebih dalam dan dipikirkan secara saksama, atau jika diketahui hakikatnya yang terdalam maka ia tidak demikian. Menghadapi —walau seorang— yang benar-benar ingin belajar dan menyucikan diri jauh lebih baik daripada menghadapi banyak orang yang hatinya tertutup..
  2. Ayat 11-16, Al-Qur'an adalah pelajaran dan peringatan. Setiap pelajaran dan peringatan baru akan bermanfaat jika ada langkah dari seseorang untuk menjadikannya pelajaran. Tidak ada gunanya Kita memiliki tiket perjalanan dan mengetahui tempat dan jam keberangkatan jika Kita tidak melangkah keluar rumah menuju stasiun. Prinsip-prinsip ajaran yang terdapat dalam al- Qur'an, yakni akidah, syariah, dan akhlak terdapat juga dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah; Taurat, Injil, Zabur, dan shuhuf Ibrahim. Ada malaikat yang antara lain berfungsi sebagai duta-duta bagi manusia, dalam arti melakukan kegiatan yang bermanfaat, bermohon kepada Allah kiranya si A atau si B memperoleh pengampunan dan perlindungan Allah.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger