Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SURAT ‘ABASA (HARI PEMBALASAN) Ayat 17-42

Rabu, 13 Januari 20160 comments



Surat ini adalah surat yang ke 24 berdasarkan urutan surat yang diterima Rasulullah dan surat ke 80 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri dari 42 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyyah.


17)  Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?,
18)  Dari apakah Allah menciptakannya?,
19)  Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya,
20)  Kemudian Dia memudahkan jalannya,
21)  Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,
22)  Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali,
23)  Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
24)  Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya,
25)  Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),
26)  Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
27)  Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
28)  Anggur dan sayur-sayuran,
29)  Zaitun dan kurma,
30)  Kebun-kebun (yang) lebat,
31)  Dan buah-buahan serta rumput-rumputan,
32)  Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu,
33)  Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
34)  Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35)  Dari ibu dan bapaknya,
36)  Dari istri dan anak-anaknya,
37)  Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya,
38)  Banyak wajah pada hari itu berseri-seri,
39)  Tertawa dan bergembira ria,
40)  Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
41)  Dan ditutup lagi oleh kegelapan,
42)  Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.

Kosakata

Kata Qutila mempunyai banyak arti. Antara lain;  doa jatuhnya kebinasaan atas perilaku buruk, keheranan atas sesuatu atau keheranan atas sifat buruk.

Kata Yaqdhi terambil dari kata Qadhaa’ yang pada mulanya berarti kesempurnaan. Qadhaa’ adalah melaksanakan sesuatu secara sempurna.

Kata Abba dipahami oleh beberapa ulama’ dalam arti rerumputan.

Kata ash-Shaakhkhah berarti suara yang memekakkan telinga.

Kata Musfirah terambil dari kata asfara yakni terbuka.

Kata Ghabarah terambil dari kata ghubar yakni debu. Dan dari kata qatarah serupa dengan asap yang berwarna hitam.

Kata a-Fajarah adalah bentuk jamak faajir. Kata ini terambil dari kata fajara yang pada mulanya berarti membelah.

Pesan Surat Abasa Ayat 17-42
1.    Ayat 17-23. Manusia perlu mempelajari asal kejadian dan jati dirinya, agar menyadari kelemahannya sehingga tidak angkuh dan selalu memohon bantuan Allah dan agar mengetahui potensi-potensinya, agar mengembangkan dan memanfaatkannya. Di samping itu siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan dapat mengenal keagungan dan kebesaran Tuhannya.
Pengetahuan tentang datangnya kiamat, sedikit pun tidak diketahui manusia—berbeda dengan pengetahuannya tentang kelahiran anak atau kematian. Itu sebabnya ketika menguraikan tentang hari kebangkitan, ayat tadi menggunakan kalimat Bila Dia menghendaki.
Siapa pun dan betapapun sempurnanya ibadah dan ketakwaan, namun manusia tetap saja tidak dapat melaksanakan secara sempurna dan tuntas seluruh apa yang ditugaskan Allah kepada-Nya. Itu salah satu sebab mengapa Allah membuka pintu taubat.
2.    Ayat 24-32. Melihat dan merenung tentang bahan makanan, bagaimana proses kejadiannya, lalu memilih yang terbaik dan sesuai untuk dimakan, merupakan salah satu perintah Allah yang perlu diperhatikan. Setiap orang harus dapat menarik pelajaran dari fenomena alam, semakin dalam renungan, semakin banyak rahasia dan manfaatnya yang dapat terungkap. Manusia hendaknya selalu mengingat nikmat-nikmat Allah—dan alangkah banyaknya nikmat tersebut, antara lain ketersediaan yang lebih dari cukup.
3.    Ayat 33-42. Perhatikanlah fenomena alam niscaya Anda memperoleh contoh tentang kuasa Allah membangkitkan orang yang telah mati. Pada hari kiamat, semua orang sibuk dengan dirinya sendiri. Semua juga takut mempertanggungjawabkan amal-amalnya tanpa dapat melempar tanggung jawab, tidak juga dapat saling tolong-menolong, kendati yang mengharapkan bantuan adalah orang yang paling dicintai. Situasi ini paling tidak terjadi pada awal tahap perhitungan Allah. Di hari kemudian hanya ada dua kelompok besar, yaitu yang bermuka ceria dan bergembira ria, karena berbahagia dengan surga dan yang bermuka keruh lagi berwajah hitam karena takut, sedih memperoleh siksa yang pedih.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger