Retorika Abu Nadlir

Yang ditulis kan subur hidup di kalbu. Yang dikata kan cerah bermakna di jiwa. Yang diajar kan membekas dalam sejarah dan selepasnya!

SURAT AN-NAZI'AT (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut) Ayat 1-14

Senin, 18 Januari 20160 comments




 
Surat ini merupakan surat ke-79 dari segi penempatannya dalam Mushhaf, dan surat yang ke-81 dari segi perurutan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Termasuk Makkiyyah. Terdiri dari 46 ayat.



  1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
  2. Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
  3. Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
  4. Dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
  5. Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia),
  6. (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
  7. Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua,
  8. Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
  9. Pandangannya tunduk,
  10. (Orang-orang kafir) berkata: "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?,
  11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?,
  12. Mereka berkata: "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan",
  13. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,
  14. Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.


Kosa Kata



Kata an-Naazi’aat terambil dari kata naza’a yang berarti mencabut.

Kata Gharqan terambil dari kata ghariqa yang berarti masuk ke dalam sesuatu, atau menarik sesuatu sampai batas akhirnya. Kata ini juga bisa diartikan tenggelam.

Kata an-Naasyithaat dan kata Nasythan terambil dari kata nasyatha yang pada mulanya berarti mengikat, mengeluarkan. Pada surat ini diartikan dengan mencabut, tetapi pencabutan yang lemah lembut.

Kata as-Saabihaat dan Sabhan pada mulanya berarti  menjauh dari posisi. Dari sini, lahir sekian banyak arti bagi kata ini sesuai dengan obyeknya, seperti peredaran planet, berenang, mencari nafkah, bergerak dengan cepat, dan lain-lain.

Kata as-Saabiqaat dan Sabqan terambil dari kata sabaqa yang berarti  mendahului. Kata musaabaqah adalah upaya dua pihak atau lebih untuk saling mendahului tiba di tujuan.

Kata ar-Raajifah terambil dari kata rajafa yang berarti bergoncang dengan goncangan keras.

Kata ar-Raadifah terambil dari kata radifa yang berarti mengikuti, atau berada di belakang (menyusul).

Kata Nakhirah terambil dari kata nakhara yang berarti lubang yang dalam sehingga bila ditiup angin terdengar suara berdesing keluar darinya.

Kata Zajrah berarti bentakan dengan suara keras.

Kata al-Haafirah ada yang memahaminya dalam arti awal sesuatu atau jalan yang pernah dilalui. Kata ini terambil dari kata hafara yang berarti menggali. Kata ini juga dipahami dengan arti hidup kembali di dunia, atau tanah yang digali.

Kata as-Saahirah adalah permukaan bumi, atau padang pasir yang luas. Kata ini terambil dari kata as-sahar yakni tidak tidur malam. Biasanya dipadang pasir yang terbuka, seseorang tidak dapat tidur, karena takut, selalu waspada dan berjaga-jaga. Dari sini padang yang luas dinamai saahirah.

Pesan Surat an-Nazi’at ayat 1 – 14


  1. Ayat 1-5. Dijelaskan bahwa para pendurhaka akan dicabut nyawanya dengan paksa karena saat itu dia telah sadar akan kesudahan buruk yang menantinya. Berbeda dengan yang Mukmin yang diperlakukan dengan lemah lembut oleh malaikat. Malaikat pencabut nyawa bukan hanya satu, tetapi mereka adalah kelompok yang dipimpin oleh satu malaikat, yang dalam satu riwayat dinamai 'Izra'il. Para malaikat adalah pengatur segala urusan. Ini tidak bertentangan dengan kuasa Allah yang mutlak. Ia dapat diumpamakan dengan tulisan yang ditulis seseorang. Kita dapat berkata bahwa yang menulisnya adalah pena. Sebenarnya yang berada di balik pena adalah ibu jari dan jari telunjuk yang memegang pena. Selanjutnya, kedua jari itu bergerak karena bergeraknya pergelangan. Pergelangan bergerak sesuai dengan perintah otak untuk menulis. Tetapi pergerakan manusia dan perintah otak diarahkan oleh malaikat, sedang malaikat tidak dapat melakukan tugasnya tanpa perintah Allah SWT.

  2. Ayat 6-9. Menjelaskan bahwa Kiamat tidak hanya memusnahkan planet bumi dan segala isinya, tetapi memunahkan seluruh alam raya. Boleh jadi karena sistem yang mengatur keseimbangan planet-planet dihancurkan Allah. Para pendurhaka akan merasa sangat takut, tertunduk, dan hina. Sedang orang-orang Mukmin terhindar dari rasa takut yang besar itu.

  3. Ayat 10-14. Salah satu dalih mereka yang menolak adanya kebangkitan manusia setelah kematian adalah mustahil—menurut mereka—jasad yang telah punah dapat pulih kembali. Mereka lupa bahwa jasad itu suatu ketika pernah tidak wujud sama sekali, namun sang penolak—ketika menolaknya—menyadari wujudnya. Kalau dulu ia tidak wujud, lalu wujud, maka tentu akan lebih mudah—dalam logika manusia—mewujudkan sesuatu yang pernah wujud dan sisa-sisanya pun ada dibandingkan dengan sesuatu yang tidak wujud sama sekali. Kehancuran alam raya, kematian semua makhluk hidup, dan kebangkitan mereka semua adalah sangat mudah bagi Allah. Hal itu diibaratkan dengan sekali bentakan saja.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Retorika Abu Nadlir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger