Surat ini
merupakan surat ke-79 dari segi penempatannya dalam Mushhaf, dan surat yang ke-81
dari segi perurutan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Termasuk Makkiyyah.
Terdiri dari 46 ayat.
15. Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad)
kisah Musa,
16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah
suci ialah Lembah Thuwa,
17. "Pergilah kamu kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas”,
18. Dan katakanlah (kepada Fir'aun):
"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)",
19. “Dan kamu akan
kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?",
20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat
yang besar,
21. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai,
22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha
menantang (Musa),
23. Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya,
24. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang
paling tinggi",
25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di
akhirat dan azab di dunia,
26. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
Kosa Kata
Kata an-Naazi’aat
terambil dari kata naza’a yang berarti mencabut.
Kata Gharqan
terambil dari kata ghariqa yang berarti masuk ke dalam sesuatu,
atau menarik sesuatu sampai batas akhirnya. Kata ini juga bisa diartikan
tenggelam.
Kata an-Naasyithaat
dan kata Nasythan terambil dari kata nasyatha yang
pada mulanya berarti mengikat, mengeluarkan. Pada surat ini
diartikan dengan mencabut, tetapi pencabutan yang lemah lembut.
Kata as-Saabihaat
dan Sabhan pada mulanya berarti menjauh dari posisi. Dari sini, lahir
sekian banyak arti bagi kata ini sesuai dengan obyeknya, seperti peredaran
planet, berenang, mencari nafkah, bergerak dengan cepat, dan lain-lain.
Kata as-Saabiqaat
dan Sabqan terambil dari kata sabaqa yang berarti mendahului. Kata musaabaqah
adalah upaya dua pihak atau lebih untuk saling mendahului tiba di tujuan.
Kata ar-Raajifah
terambil dari kata rajafa yang berarti bergoncang dengan goncangan
keras.
Kata ar-Raadifah
terambil dari kata radifa yang berarti mengikuti, atau berada
di belakang (menyusul).
Kata Nakhirah
terambil dari kata nakhara yang berarti lubang yang dalam sehingga bila
ditiup angin terdengar suara berdesing keluar darinya.
Kata Zajrah
berarti bentakan dengan suara keras.
Kata al-Haafirah
ada yang memahaminya dalam arti awal sesuatu atau jalan yang pernah
dilalui. Kata ini terambil dari kata hafara yang berarti menggali.
Kata ini juga dipahami dengan arti hidup kembali di dunia, atau tanah
yang digali.
Kata as-Saahirah
adalah permukaan bumi, atau padang pasir yang luas. Kata ini terambil
dari kata as-sahar yakni tidak tidur malam. Biasanya dipadang
pasir yang terbuka, seseorang tidak dapat tidur, karena takut, selalu waspada
dan berjaga-jaga. Dari sini padang yang luas dinamai saahirah.
Kata 'Ibrah artinya 'peringatan, contoh,
pelajaran'. Akar katanya adalah 'abara, yang berarti
'menyeberangi, melintasi, menafsirkan (suatu mimpi), atau mencucurkan air
mata'. Ini berarti bahwa pelajaran nyata yang diperoleh menyebabkan kita
menyeberang dari kesalahan ke kebenaran. Kata untuk 'Hebrew’
[Ibrani] (‘ibri) berasal dari akar kata yang sama (dari 'abara),
karena mereka menyeberang menuju keselamatan di tepi laut lain. Kata ini juga
berarti menyeberangi pantai pengetahuan karena orang yang ingin sekali mendapat
ilmu akan berusaha agar tidak tetap dalam kebodohan. Orang seperti itu
menginginkan keselamatan yang dijamin oleh perilaku yang benar.
Pesan Surat an-Nazi’at ayat 15 – 26
- Ayat 15-19. Dijelaskan bahwa perlunya mengambil pelajaran dari pengalaman
masa lalu, baik yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berjasa maupun yang
durhaka. Perlunya bersikap lemah lembut dan berbudi
bahasa halus dalam berdakwah (menyampaikan nasihat) kendati yang dihadapi adalah pendurhaka
semacam Firaun. Nabi, apalagi manusia biasa, hanya mampu memberitahu, tapi
sukses memperoleh hidayah dan mengamalkannya, hanya berkat bantuan Allah.
Pengenalan terhadap Allah dan rasa takut/ kagum kepada-Nya itulah yang
mendorong seseorang patuh kepada Allah.
- Ayat 20-26. Menjelaskan bahwa Allah selalu mendukung nabi/rasul yang diutus-Nya dengan bukti yang sesuai dengan perkembangan pemikiran atau kemahiran yang ditekuni oleh umat/masyarakatnya. Umat Nabi Musa dikenal dengan kemahiran mereka dalam sihir, maka mukjizat untuk Nabi Musa adalah hal-hal konkret yang luar biasa yang melebihi sihir. Yang lebih buruk daripada menolak kebenaran adalah bersikap angkuh terhadapnya serta berusaha menghalangi tersebarnya. Ucapan Firaun di atas dapat dipahami dalam arti pengakuan tentang adanya pemelihara dan pihak-pihak selain dirinya yang mengurus, mengarahkan, bahkan memiliki wewenang, tetapi dialah pemelihara dan pemilik wewenang tertinggi. Perlu dicatat bahwa Firaun yang ditenggelamkan ini, bukanlah Firaun yang memungut Musa as. di sungai Nil. Yang ditenggelamkan ini adalah putra Firaun itu yang dibesarkan bersama Musa as. dan yang kemudian menjadi penguasa Mesir tertinggi menggantikan ayahnya.
Posting Komentar